ca-pub-2565852941147038 Anies Baswedan dan PPP: Menakar Wacana Gus Romi dalam Konstruksi Politik Islam Indonesia

Anies Baswedan dan PPP: Menakar Wacana Gus Romi dalam Konstruksi Politik Islam Indonesia

Hadi Hartono
By -
0

 Anies Baswedan dan PPP: Menakar Wacana Gus Romi dalam Konstruksi Politik Islam Indonesia

Oleh: Hadi Hartono





Pendahuluan: Ketika Wacana Politik Menjadi Alat Reposisi Kekuasaan**


Wacana dalam politik bukan sekadar ide. Ia adalah alat untuk menggeser peta kekuasaan, membentuk persepsi publik, dan menciptakan kemungkinan realitas baru. Dalam konteks inilah, pernyataan Muhammad Romahurmuziy (Gus Romi), tokoh senior PPP, yang menyebut kemungkinan Anies Baswedan menjadi Ketua Umum PPP, harus dibaca bukan sebagai komentar biasa, melainkan sebagai strategi komunikasi politik dan manuver ideologis.


Tulisan ini menganalisis secara kritis wacana tersebut dari berbagai aspek: sejarah dan posisi PPP dalam politik Indonesia, profil politik Anies Baswedan, struktur internal partai, kemungkinan strategi jangka panjang, serta implikasinya terhadap masa depan politik Islam di Indonesia.


1. Gus Romi dan PPP: Antara Tradisi dan Transformasi**


1.1 Gus Romi: Aktor di Balik Layar


Muhammad Romahurmuziy, akrab disapa Gus Romi, adalah figur penting dalam sejarah kontemporer PPP. Meski tersandung kasus hukum, ia tetap memiliki pengaruh kuat secara informal dalam arah politik partai. Sebagai pewaris elite Islam tradisional yang melek teknologi dan strategi media, Gus Romi kerap menjadi juru bicara ideologis dan taktis partai.


Wacananya soal Anies tidak muncul dalam kekosongan. Ini adalah bagian dari kecenderungan elite PPP untuk mencari figur eksternal yang bisa memperkuat posisi partai secara elektoral, terutama setelah perolehan suara PPP di bawah 5% dalam dua pemilu terakhir.


1.2 PPP: Dari Partai Islam Tua ke Persimpangan Modern


Partai Persatuan Pembangunan lahir dari fusi paksa empat partai Islam tahun 1973, menjadi satu-satunya saluran politik Islam di masa Orde Baru. Setelah reformasi, PPP kehilangan basisnya karena munculnya partai-partai Islam baru yang lebih kontekstual seperti PKB, PAN, dan PKS.


Krisis elektoral PPP bukan semata karena ideologinya usang, tetapi karena ketidakmampuannya beradaptasi dengan lanskap politik modern. Oleh karena itu, Gus Romi mewacanakan figur seperti Anies Baswedan bukan sekadar untuk elektabilitas, tetapi juga sebagai simbol transformasi.


---


## **2. Anies Baswedan: Antara Nasionalisme Religius dan Islam Kultural**


### 2.1 Citra Politik Anies


Anies Baswedan bukan kader partai politik Islam. Namun selama dua dekade terakhir, ia berhasil membangun citra sebagai intelektual Muslim nasionalis, yang mampu menjembatani narasi Islam modern dengan cita kebangsaan. Karier akademiknya di Paramadina, rekam jejak di kabinet Jokowi, dan kemenangan di Pilgub DKI 2017 memperlihatkan kapasitasnya sebagai tokoh populis moderat.


Kedekatannya dengan kelompok Islam politik, termasuk tokoh-tokoh eks 212, membuatnya disukai oleh kelompok Islam konservatif, meski ia sendiri tak pernah menampilkan diri sebagai ideolog garis keras.


### 2.2 Kebutuhan Kendaraan Politik


Setelah Pilpres 2024, Anies tidak memiliki posisi formal dalam sistem. NasDem yang mengusungnya bukanlah rumah ideologis. Dalam situasi ini, PPP bisa menjadi opsi strategis sebagai kendaraan politik yang mapan, legal, dan siap dipakai menuju Pilpres 2029—jika ia berhasil masuk dan diterima secara struktural.


---


## **3. Analisis Struktur Internal PPP: Siapa Mengatur Siapa?**


### 3.1 Sistem Kaderisasi dan Hierarki Tradisional


PPP masih memiliki struktur kaderisasi yang bersifat hirarkis dan berbasis patron-klien. Banyak pengurus daerah dan cabang adalah figur lokal yang loyal kepada elite pusat. Hal ini menyebabkan sulitnya tokoh eksternal langsung mengambil posisi tertinggi tanpa resistensi.


Jika Anies ingin masuk sebagai Ketua Umum, ia harus melewati:


* Konsolidasi DPP dan DPW

* Rekonsiliasi dengan faksi-faksi internal, termasuk kelompok pro-Romi dan anti-Romi

* Rebranding ideologis partai agar inklusif terhadap basis baru


### 3.2 Kekuatan Simbolik Gus Romi


Meskipun tidak memegang jabatan struktural formal, Gus Romi memiliki kekuatan simbolik dan informal yang besar di PPP. Wacananya dapat menjadi “test the water” untuk mengukur respons publik dan internal partai terhadap gagasan radikal seperti masuknya tokoh non-kader ke jabatan puncak.


Dengan demikian, pernyataannya bisa dibaca sebagai langkah awal untuk menciptakan legitimasi atas perubahan mendasar dalam arah kepemimpinan partai.


---


## **4. Potensi Koalisi Baru dan Reposisi Islam Politik**


### 4.1 PPP + Anies: Strategi Melampaui Ambang Batas


Dalam sistem pemilu parlementer Indonesia, ambang batas 4% menjadi masalah eksistensial. PPP berada di ambang bahaya. Dengan Anies sebagai Ketua Umum, mereka berharap dapat:


* Menarik pemilih Muslim perkotaan dan modern

* Menyasar pemilih muda yang terpapar narasi perubahan

* Menarik simpatisan eks 212 atau kelompok Islam politik non-partisan


### 4.2 Implikasi terhadap Partai Islam Lain


Jika Anies benar-benar menjadi Ketua Umum PPP, hal ini akan berdampak pada peta politik Islam:


* **PKB** (basis Nahdliyin): bisa kehilangan sebagian simpatisan muda

* **PAN** (Islam modernis): tergusur dari posisi Islam nasionalis

* **PKS** (Islam ideologis): berhadapan langsung dalam ceruk pemilih yang sama


Koalisi Islam dalam bentuk baru bisa saja muncul, dengan PPP sebagai poros baru jika berhasil mentransformasi diri melalui Anies.


---


## **5. Tantangan dan Risiko Strategis**


### 5.1 Resistensi Internal


Masuknya figur eksternal selalu menimbulkan konflik:


* Kader lama merasa disingkirkan

* Kepemimpinan dianggap instan dan tidak meritokratis

* Potensi pecahnya partai atau migrasi kader ke partai Islam lain


### 5.2 Legitimasi Publik


Publik bisa menilai ini sebagai langkah oportunistik. Jika tidak diikuti dengan konsistensi ide dan program, PPP bisa kehilangan kepercayaan dari dua sisi: loyalis lama dan pemilih baru.


### 5.3 Ancaman Kooptasi Oligarki


Ada kekhawatiran bahwa masuknya Anies hanya dijadikan alat oleh elite lama untuk mempertahankan kuasa. Jika struktur lama tetap dominan dan hanya mengganti wajah depan, maka transformasi sejati tidak terjadi.


---


## **6. Analisis Kritis Wacana sebagai Alat Politik**


### 6.1 Apa Tujuan Gus Romi Sebenarnya?


Mewacanakan Anies bisa jadi bukan karena benar-benar ingin menjadikannya Ketua Umum, tetapi:


* Untuk mengukur respons publik dan elite internal

* Menekan faksi-faksi lain dalam partai

* Membangun bargaining politik dengan kekuatan eksternal (misalnya NasDem atau PKS)


### 6.2 Politik Simbolik dalam Tradisi Islam


Dalam budaya politik Islam Indonesia, simbol memiliki peran besar. Dengan menyebut nama Anies, Gus Romi sedang memainkan simbol “pembaharu”, “nasionalis-Muslim”, dan “harapan baru”. Ini strategi komunikasi tingkat tinggi yang sering digunakan dalam politik Timur Tengah dan Asia Tenggara.


---


## **7. Kesimpulan: Antara Peluang dan Ilusi Reformasi**


Wacana Gus Romi soal Anies menjadi Ketua Umum PPP adalah momen penting yang mencerminkan krisis dan peluang dalam politik Islam Indonesia. Di satu sisi, ia menunjukkan keterbukaan terhadap transformasi. Di sisi lain, ia bisa menjadi alat manipulasi kekuasaan lama dengan wajah baru.


Jika benar dijalankan dengan niat membangun, ini bisa menjadi preseden baik bagi regenerasi partai Islam. Namun jika sekadar gimmick politik, maka ini akan mempercepat keruntuhan partai yang tidak mampu lagi menjawab tantangan zaman.


---


### Penutup:


Anies Baswedan bisa menjadi pemimpin partai Islam, tapi hanya jika partai itu mau berubah. Gus Romi bisa menjadi inisiator perubahan, tapi hanya jika wacananya diiringi dengan struktur yang inklusif dan demokratis. Dan PPP bisa menjadi partai besar kembali, tapi hanya jika ia mampu menjembatani sejarah Islam politik dengan kebutuhan demokrasi modern.


Politik bukan soal siapa yang duduk, tapi ke mana arah yang dituju. Wacana ini bisa menjadi titik balik—atau sekadar ilusi sesaat.


---


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Ok, Go it!