“Salahkah Aku Jika Menjadi Pelacur?” adalah sebuah novel sosial-psikologis yang menyayat, membongkar, dan menggugat cara kita memandang tubuh perempuan, kemiskinan, dan dosa dalam masyarakat yang lebih suka menilai ketimbang memahami. Tersusun dalam 99 bab yang terbagi menjadi delapan bagian, kisah ini mengikuti perjalanan hidup Rara, seorang gadis miskin dari pinggiran rel yang terlempar ke dunia prostitusi bukan karena pilihan, tapi karena keterpaksaan hidup.
Bagian pertama, “Asal Usul,” menelusuri akar kemiskinan dan ketidakberdayaan keluarga Rara. Ibunya terlalu letih untuk bermimpi, ayahnya pulang dengan bau tuak, dan kakaknya menghilang dari sekolah. Di tengah realitas keras itu, Rara harus dewasa sebelum waktunya. Luka pertamanya bukan datang dari jalanan, melainkan dari lelaki yang ia kenal sebagai cinta pertama.
Di bagian kedua, “Kota dan Perubahan,” Jakarta bukanlah tempat pengharapan, tapi jebakan yang lebih kejam. Rara dibawa makelar tubuh, disesatkan dengan janji pekerjaan, dan masuk ke dunia yang tersembunyi namun legal secara sosial: dunia perempuan malam. Di salon-salon, hotel berbintang, hingga pojok gelap kota, ia belajar bahwa harga tubuh lebih mudah ditentukan daripada harga martabat.
Bagian ketiga, “Tubuhku, Hak Siapa?”, membongkar trauma yang tak selalu meninggalkan darah, namun menghancurkan jiwa. Rara dipaksa tertawa di depan kamera, menyembunyikan luka dengan bedak tipis, dan melihat kawan-kawan sesama pelacur ditukar seperti komoditas ke luar negeri. Ia bertanya—dan tak ada yang menjawab: siapa sebenarnya yang menjual mereka?
Bagian keempat, “Cinta, Luka, dan Kepalsuan,” memperlihatkan cinta sebagai ilusi. Dari pelanggan yang membuatnya jatuh cinta, hingga kehamilan yang tak diminta, dan lelaki baik yang akhirnya pergi, Rara berkali-kali disakiti karena berharap.
Pada bagian kelima, “Jalan yang Tidak Pernah Lurus,” ia harus berhadapan dengan negara yang lebih suka menghukum daripada menyembuhkan. Dari tes urin, penjara, rehabilitasi semu, hingga program LSM yang penuh janji kosong, Rara menjadi statistik yang tak diingat, tapi terus disalahkan.
Lalu di bagian keenam, “Mencari Diri,” Rara mulai merangkak naik. Ia mencoba hidup baru—dengan nama asli, pekerjaan jujur, dan suara yang mulai terdengar di forum-forum kecil. Ia belum bebas dari stigma, tapi ia mulai bicara. Meski viral, ia tetap kesepian.
Bagian ketujuh, “Suara Perubahan,” menjadi titik balik: dari korban menjadi pemimpin. Rara membentuk komunitas bagi perempuan penyintas, menggugat korupsi, bahkan menjadi konsultan sosial. Tapi dunia tak pernah siap melihat pelacur menjadi agen perubahan. Ia ditolak lembaga agama, tapi diterima oleh kaum terbuang.
Akhirnya, dalam bagian kedelapan, “Penutup dan Permulaan,” Rara berdamai. Ia menatap kota dengan luka yang belum sembuh, tapi tak lagi tunduk. Ia menulis surat terakhir untuk dirinya yang lama. Ia tak lagi minta maaf. Dan di akhir, ia menjawab sendiri pertanyaannya:
“Salahkah aku jika menjadi pelacur?”
Jawabannya bukan pada kita. Tapi pada dunia yang memaksa perempuan memilih bertahan atau tenggelam.”
BACA NOVEL SELENGKAPNYA DI
https://kbm.id/book/read/5c9bcdb9-fa9a-4cea-b896-76a28d0774f4/3f962cd5-4cbc-4435-8753-41cee56bcfa6
#SalahkahAkuJikaMenjadiPelacur
#NovelSosial
#NovelPsikologis
#NovelPerempuan
#KisahNyata
#NovelIndonesia
#CeritaPerempuan
#NovelDewasa
#LiterasiIndonesia
#BukuRekomendasi
#SuaraPerempuan
#TubuhkuHakku
#MelawanStigma
#PerempuanBersuara
#PerempuanKuat
#PerempuanIndonesia
#HidupPerempuan
#DosaSiapa
#JanganHakimi
#PerempuanTerpinggirkan
#KeadilanSosial
#KemiskinanStruktural
#KetimpanganSosial
#PerdaganganManusia
#KekerasanTerhadapPerempuan
#EksploitasiPerempuan
#StigmaSosial
#KorbanBukanPelaku
#BeraniBersuara
#SistemRusak
#LukaBatin
#PemulihanDiri
#TraumaDanHarapan
#PerjalananPsikologis
#MentalHealth
#SelfAcceptance
#AkuPunyaSuara
#MenemukanDiri
#HidupYangLayak
#DariLukaMenjadiCahaya
#FYP
#TikTokBuku
#BookTokIndonesia
#BookstagramID
#RekomendasiBuku
#CeritaNyata
#FiksiRealistis
#ViralBooks
#NovelBerani
#BukuYangMenggugah